Bag 2
ingat cerita yang memakai dialog itu ku tulis bukan dari pendapatku,
lawan dialogku, itu ku tulis pendapat mereka, soal benar tidaknya, ini
kan cerita, jadi bukan mau di ambil kebenaran isi dialog, seperti kita
bercerita tanya jalan sama orang , arah jakarta kemana ?" lalu lawan
dialog jawab "arahnya ke timur"
dalam cerita si penulis harus
menulis juga , jawaban isi dialog " arahnya ke timur" walau arah ke
timur itu arah yang salah, yang di tunjukkan oleh jawaban orang yang di
tanya.
sebenarnya hal ini juga ndak usah di jelaskan, kalau kita
sering baca cerita dan ada dialog di dalamnya, bukan berarti dialog di
dalamnya benar semua, misal ada perampok perampok mengatakan " keluarkan
semua uangmu, kalau tidak akan ku habisi nyawamu !"
jika dialognya
begitu maka harus di tulis begitu, bukannya di tulis " sholatlah yang
rajin, nanti kamu akan mendapat pahala di sisi Allah" kata perampok.
kalau cerita seperti itu ya cerita tidak ada, kalau cerita dialog itu
ya tetap isi dialognya di tulis apa adanya, baru cerita itu benar, soal
isi doalog itu ya namanya dialog atau kata orang yang kita ajak bicara ,
isinya bisa apa saja, dan isi dialog itu tak semua suatu kebenaran.
( maaf ini ku jelaskan, agar yang membaca tak salah persepsi, dan salah
sangka karena membaca dialog di dalam cerita, karena ada juga orang
yang jarang baca novel atau cerita lepas, yang kemudian tanggapannya
lain ketika membaca cerita yang ku tulis.)
setelah makan di rumah mas
Nurwito kami melanjutkan ke semarang ke rumahnya mas
Aguse Nafa
, perjalanan sampai semarang jam 8 malam baru sampai, padahal acara di
mulai jam setengah sembilan, dan terpaksa acara setelah sholat isya
langsung di mulai, biasanya kalau di tempat sebelumnya, di bersihkan
dulu dukun sekitar biar tak mengganggu, karena ndak ada waktu
membersihkan jadinya pas dzikir serangan bertubi-tubi, sebenarnya kalau
sebelumnya di bersihkan juga tdk akan ada efek berbahaya jika dzikir di
manapun, kalau bagiku sih tdk begitu berbahaya, tapi bagi orang lain
apalagi yang ketempatan tidak ada benteng pertahanannya bisa berbahaya
karena serangan dukun santet.
selama aku memmpin dzikir,
serangan bertubi-tubi, dari tusukan pedang, tombak, batu panas di bakar
di masukkan tubuh, masak waktu dzikir mau nolak serangan jelas nanti gak
konsen, aku tetap konsentrasi, kadang ada juga yang di serang rasanya
ada yng sakit juga, biasanya misal di tancap keris, dan kerisnya ada
racunnya, nah itu biasanya sampai otot ikut kejang, panas, karena racun
yang menyebar ke bagian badan, ( kalau tak percaya , coba doa : ya Allah
saya minta serangan yang di tujukan kepada kyai nur, arahkan ke tubuhku
) nanti akan merasakan, apa yang ku ceritakan itu bohongan apa tidak,
ya sekedar ngasih tau saja, kalau tidak punya pertahanan tubuh ya
sebaiknya jangan. karena bisa merenggut nyawa. tapi kalau mau mencoba
benar tidak apa yang ku ceritakan silahkan saja di coba, nanti datang ke
majlsku ku obati. yang penting kan akhirnya tau OH IYA TERNYATA BENAR.
serangan yang lumayan kerasa itu sirep, saya yang memimpin dzikir
sampai ketiduran, perasaan sih ketidurannya cuma 1 menitan, ee ternyata
sampai setengah jam lebih, heranku kok ya gak ada yang membangunkan
malah di biarkan , sampai jamaah yang dari sekitar rumah mas agus mau
pada pulang, waktu di rumah mas agus tak di bersihkan dukunnya jadinya
ketika saya pulang, mas agus sampai muntah darah, ya jadi pengalaman
saja, nantinya kalau datang di daerah tertentu memang sebaiknya
antisipasi di bersihkan dulu dukun di daerah itu, sehingga tidak
membahayakan. maaf untuk para dukun santet terpaksa saya lakukan ini,
agar tidak membahayakan jamaah, jika mereka tidak menyerang sebenarnya
saya juga tak akan mengapa-apakan mereka, tapi itulah mereka menyerang.
kalau di pikir-pikir dari ulah dukun santet itu ada juga manfaatnya,
jadinya orang akan mencari kesembuhan karena kena santet, dan kalau ke
tempatku kan bisa di ajak masuk thoreqoh dengan sendirinya dukun itu
secara tak langsung ikut menyebarkan thoreqoh.
sampai pulang,
dan acara mau ke perjalanan ke arah barat, pertama yang di tuju ziarah
ke cirebon, gak tau karena mau di datangi, aura saya sudah sampai
cirebon atau bagaimana, di majlis dukun dari cirebon sudah menggempurku
siang malam, ku biarkan kok ya yang serang daerah fital, daerah
telinga, telingaku di isi batu yang membara, sehingga sampai telinga
berdarah, dan sebelah kiri tak bisa mendengar apa-apa, tak cuma batu
tapi juga anak panah , dan tombak, lama-lama ku biarkan sakit juga,
sebenarnya aku mau bersabar, tapi kalau nanti sampai tak bisa mendengar
sama sekali kan bisa berabe, itu saja bacaan al-qur'anku sendiri aku
sudah tak mendengar, hanya telinga kiri sih yang berdarah, tapi
pendengaran jadi mono, mulai keluar darah dan nanah, wah kalau di
biarkan kayaknya berbahaya maka ku tarik dukunnya.
" dari mana
kalian ?" tanyaku sudah tak sabar karena telinga panas dan seperti di
tusuk. panasnya sudah menjalar ke lengan dan dada, berarti racunnya
sudah kemana-mana.
" apa perlumu tau?" katanya sinis, la sudah menyerang di tanya malah jawabannya gak mengenakan.
" baik ini ku kembalikan serangan kalian."
dia langsung kesakitan guling-guling, menjerit-jerit.
" ku tanya lagi dari mana kalian? jika tidak ku tambahi kekutannya kiriman kalian."
" ya ya dari cirebon."
" lalu apa maksudnya menyerangku?"
" kami tak mau kamu datang ke daerah kami "
" lhoh dari mana kalian tau aku akan datang ke cirebon?"
" auranya sudah sampai kesana, "
" wah aneh juga, bagaimana sinyalnya,"
" ada cahaya yang mendatangi daerah kami, dan itu sumbernya darimu."
" ooo begitu, kalau begitu ya sekalian, ada berapa dukun di daerah cirebon biar ku tarik semua."
" banyak."
" banyak berapa ?"
" ada 800 ribuan."
" ya sudah ku tarik semua."
maka ku tarik semua dukun dari cirebon.
" nah sekarang semua sudah kumpul di sini, kalau mau adu ilmu sekarang saja, tak usah nanti."
" tidak."
" kan sekalian jelas, daripada nanti-nanti."
" kami akan menyerang dari belakang, jangan harap bisa datang ke daerah kami."
" ya sudah kalau begitu, di ajak baik-baik malah gak mau."
" apa yang akan kamu lakukan?"
" ku cabut semua ilmu kalian."
" heheheh apa kamu sanggup mencabut ?"
" nah itu pertahankan ilmunya masing-masing."
800 ribu orang berkutat mempertahan ilmunya masing-masing, tapi semua
di cabut oleh malaikat dan di bawa ke atas. dan semua tak berdaya.
" bagaimana ?"
" ya ya... kami menyerah."
" sudah ku kembalikan ke tubuh kalian"
lalu semua ku kembalikan ke tubuhnya masing-masing.
al-hamdulillah setidaknya ketika kami ke cirebon sama sekali tak ada gangguan apa-apa.
tapi ketika kami serombongan ke cirebon, kami mampir di tegal, dan di
tegal di salah satu muridku, rupanya keluarga muridku mendapat banyak
serangan, sampai semua sakit dan semua di benci oleh semua tetangga
sekitar.
sampai di rumah muridku aku langsung membereskan masalah
dukun di tegal, cuma ku bereskan seperlunya saja, perjalanan di cirebon
lancar, sampai ke kuningan, di kuningan begitu juga, banyak serangan di
tujukan padaku, karena tidak mau ada masalah, maka segera ku bereskan
dukun yang di kuningan, juga waktu ke majalengka serangan juga terjadi,
tapi sebab pengalaman sebelumnya maka ku tarik dukun seluruh majalengka
dan ku cabut semua ilmunya, dan alhamdulillah perjalanan lancar tak
kurang suatu apa.
dari pengalaman itu kami akhirnya
berinisiatif melakukan tindakan dahulu sebelum terjadi hal yang tak di
inginkan, jika aku merasakan serangan sedikit saja serangan maka akan ku
tuntaskan semua dukun daerah yang menyerang itu. berbekal pengalaman
itu akhirnya perjalanan dari satu daerah ke daerah yang lain berjalan
tanpa banyak masalah di belakang. cuma karena serangan di awal ke
telingaku, jadi terluka, jadi telinga bagian kiriku tak bisa mendengar
lagi. tapi aku yakin pertolongan Allah, insa Allah Allah akan
mengembalikan pendengaranku, entah kapan. tapi aku yakin, sampai di
jakarta, depok, tangerang, banten, aku hanya mendengar dengan satu
telinga.
sampai di daerah bekasi, serangan dukun dari dalam
tanah, ada jin yang di perintah menyerang dari dalam tanah, ku tangkap
dan ku masukkan mediator, dia ampun-ampun dan hanya menjalankan perintah
dari dukun, lalu dukun daerah bekasi ku tarik semua dan ku tarik
ilmunya, lalu dukun dari jakarta gantian menyerang, dari jakarta ketika
sampai di rumah
Mas Ahmad kembali para dukun menyerangku, ku tarik semua.
" Assalamualaikum wr wb." ucap si dukun mewakili dukun yang lain.
" waalaikum salam, kamu siapa, apa kamu dukun ?"
" saya.... bukan dukun "
" kok bisa ikut ke tarik ?"
" saya pengamal ilmu hikmah."
" tapi di pakai menyerang dan menyakiti orang?"
" tidak juga, "
" yang benar, jangan bohong, kalau bohong kamu mau di potong putus
kemaluanmu , kujang kembar, sana datangi tubuh orang ini, dan potong
putus kemaluannya sampai ludes, kalau dia bohong."
" ya ya.... saya hanya memakai menyerang kepada orang kalau saya ada yang pesan, maklum di jakarta sulit cari makan."
" kalau saya pesan boleh."
" bayar tapi."
" ya saya bayar. berapa bayarnya ?"
" ya tergantung apa pesannya?"
" kalau membunuh orang ?"
" itu mahal"
" berapa?"
" 100an juta."
" boleh."
" benar ini ?"
" ya benarlah."
" ah tidak jadi."
" kok tak jadi ?"
" ya tak mungkin."
" gak mungkin bagaimana ?"
" tak mungkin kyai mau membunuh orang ?"
" ya yang penting kan saya pesan. mau gak?"
" boleh-boleh... siapa yang mau di bunuh ?"
" ya kamu sendiri "
" ah, ya gak mau saya di bayar 100 trilyun kalau membunuh diri saya sendiri ya gak mau lah."
" nah kok begitu, saya kan mau bayar."
" ah tidaklah, saya di pulangkan saja."
" eh di dalam itu ada berapa dukun yang tertarik masuk ke raga ini ?"
" ada 1800an lebih."
" kmu itu dukun apa apa?"
" saya kyai sebenarnya"
" kok kyai?"
" ya di kenal masyarakat saya kyai, la wong saya ini ngimami di masjid,
tapi kyai kalau ndak bekerja seperti ini di jakarta, uang susah."
" tapi itu kan mencelakakan orang lain. katanya kamu kyai kok berbuat seperti itu?"
" ya kyai itu sebagai kedok saja lah kyai, masak gak ngerti. kita kan sama"
" sama bagaimana ?"
" sama kyainya."
" tapi aku kan gak mencelakakan orang lain. ya beda lah, main di samakan saja. coba kamu lihat padaku"
" ah ndak ndak berani, kami tau siapa kyai, saya sebenarnya tau kami
para dukun tau kalau kyai akan ke jakarta, tapi sebenarnya saya juga tak
akan menyerang kyai, karena kalau menyerang kyai itu sama saja membuat
lubang kuburnya sendiri, tadi yang menyerang kyai hanya anak yang tak
tau baru belajar santet, malah menyerang tak melihat siapa yang di
serang, sekarang kami semua malah mendapatkan imbasnya."
" ya salahkan itu dukun yang baru belajar."
" saya jangan di apa-apakan ya kyai."
" saya tak akan mengapa-apakan."
" saya juga sering membantu orang kyai, misal memberi penglarisan
dagang, membantu orang agar naik jabatan, membatu orang agar memperoleh
jabatan, bukannya itu juga baik, jadi bukan cuma mencelakai, saya juga
ikut andil pemilihan presiden, jadi ilmu kami jangan di ambil ya kyai."
" aku tak akan mengambil ilmu kalian."
" terimakasih kyai, kyai ternyata baik."
" he itu ilmunya di ambil" perintahku pada muridku.
dan segera di laksanakan.
" waduuuh kyai... kok sama saja di ambil."
" kan bukan saya yang mengambil."
" ya sudahlah, nasib yang penting kami tidak di bunuh."
" ingat jangan mendendam, kalau mendendam nanti kalian malah akan celaka sendiri."
" mendendam bagaimana la kami sudah tak punya ilmu sama sekali."
" ya sudah ku kembalikan kalian ke tubuh kalian masing-masing."
sewaktu di serpong tangerang, serangan lumayan dasyat, malah dukunnya
berani mengadu ilmu dan memanggil semua kakek buyutnya, dan terpaksa
bukan hanya ku cabut ilmunya tapi ku beri pelajaran lebih,
setelah dari serpong, tangerang, di rumah pak Herman Mbeling
pasar kemis, serangan makin gencar, saya juga mengambil langkah
dahulu, serasa beberapa serangan di badan, langsung ku tarik semua dukun
daerah tangerang. tapi rupanya serangan sudah kedahuluan masuk lebih
banyak ke tubuhku, telingaku makin parah saja, juga perutku sudah kena
racun, sehingga harus setiap setengah jam buang air besar, karena kena
racun, badan lemes, sementara yang menyerang ada 200an ribu dukun, ku
tarik semua, dan satu mewakili bicara.
" dari mana kalian?" tanyaku
" kami dari seluruh tangerang." jawab dukun yang mewakili.
" aku heran kenapa kalian semua selalu tau aku itu di mana ?"
" itu dari pancaran cahaya kyai."
" maksudnya bagaimana ?"
" kami para dukun itu kan tau keilmuan seseorang, karena setiap orang
berilmu itu akan memancarkan cahaya, kalau kami para dukun itu
memancarkan cahaya ke atas berwarna merah, dan kalau kyai itu
memancarkan cahaya putih, dan dari cahaya putih itu kami tau kyai,
makanya kemanapun kyai pergi kami tau kalau kyai di mana "
" ooo begitu rupanya?"
" ya "
" lalu selain aku sendiri, siapa yang bercahaya putih ke atas."
" sekarang ini yang paling tinggi adalah kyai, dan saya sendiri tak
bisa melihat sejauh mana tingginya, yang lain hanya biasa saja
cahayanya."
" tapi aku ndak merasa punya ilmu."
" la bisa narik semua dukun begini kok ndak punya ilmu, saya saja tak berani melihat kyai."
" ya tapi aku ini ndak punya ilmu apa-apa."
" biasa orang ilmunya tinggi merendah."
" apa ndak coba melawanku sekarang."
" ndak."
" kenapa ?"
" jumlah kami dukun seluruh indonesia bersatu juga akan kalah jumlah
dengan pasukan yang ada di tubuh kyai, ya sudah pasti kami kalah. kami
kan mengukur juga siapa yang di lawan."
" lakok masih mengirim santet padaku, kalau tau begitu."
" ya kalau santet kan beda, kami main belakang, siapa tau kami tak
ketahuan, ee kok tetap saja kami ketahuan, ada cahaya yang menyambar
kami membawa kami kesini, dan kami tak berdaya sama sekali. ya sudah mau
bagaimana lagi, la wong sudah ketahuan."
" sekarang ini apa tak mencoba adu ilmu ?"
" ah ndak, kami di dalam sudah rembukan, kami tak akan melawan, agar kami tak lebih celaka lagi, setidaknya kyai tak marah."
" lalu bagaimana?"
" terserah saja kami mau di apakan"
" benar?"
" ya kami tau kami kalah, melawan juga akan malah celaka, makanya kami pasrah saja."
" ku cabut ilmu kalian semua."
" silahkan saja, tapi kalau boleh di sisakan sendikit,"
" kalau mau ilmu, ini datang saja ke rumahnya pak herman, minta amalan."
" ah tidak, amalannya terlalu berat."
" la kamu mengamalkan imu yang kamu miliki itu sudah berapa tahun?"
" kami menjalankan lelaku ada 30 tahun."
" lelakunya apa ?"
" ya bertapa"
" ndak makan?"
" tidak."
" nah itu kuat, samalah mengamalkan ilmu dariku juga puasa."
" tapi berat, kami tak kuat "
" ya sudah kalau begitu, kalau mau nanti ku beri ilmu jadi bukan jadi
tukang santet, tapi jadi tukang mengobati, kan sama saja, akan
kedatangan pasien, di samping dapat pahala menolong orang kan juga dapat
uang."
" ya... terimakasih kyai tak membunuh kami."
" memangnya saya pembunuh?"
" sudah banyak kami dengar teman kami banyak yang mati di tangan kyai."
" ya itu karena mereka di ajak baik-baik ndak mau, saya kan juga bisa keras...lembut juga bisa."
lalu ku cabut semua ilmu mereka..................dan ku kembalikan ke tubuhnya.
karena badan ngedrop, dan membiarkan serangan santet masuk sehingga
dari banten langsung ku lanjutkan pulang. telinga sudah kedua-duanya tak
bisa mendengar, setiap sebentar-sebentar
harus berhenti di pom bensin, dan gigi juga di tancapi apa, sakit
sekali. sampai di rumah, segera ku tarik dukun yang menyerang, rupanya
ada 2 juta 300an dukun yang menyerang dari sumatra , banten, dan
kalimantan.
semuanya ku lucuti ilmunya, dan perlahan tapi pasti
akhirnya sakit di gigi menghilang setelah di obati antalgin, kencing
juga sempat merah darah, tapi segera sembuh, dan alhamdulillah setelah
telinga keluar nanahnya banyak akhirnya sembuh, dan perjuangan masih
berlanjut.