Senin, 19 Januari 2015

Kyai Nur di tusuk keris beracun

biasanya banyak santet yang mengenaiku tak ku perdulikan, tapi tadi subuh pas ngimami jamaah, ada tusukan keris di dada, rasanya lumayan sakit, ku tahan sampai sholat dan dzikir selesai, sakitnya mulai menjalar ke tangan karena kerisnya beracun, dan tangan mulai kaku, setelah dzikir langsung ku tarik sukma orang yang menyantetku ku masukkan mediator.

" siapa kamu ?" tanyaku setelah sukma dukun masuk ke mediator.
" tak perlu tau, apa perdulimu.?" jawabnya sok.
" bukan begitu, saya hanya mau tau kenapa kamu menusuk dadaku dengan keris ?"
" terserah aku."
" memangnya kamu mau di tusuk pakai keris?"
" tak mau"
" kenapa kamu menusukku pakai keris ?"
" karena aku dendam"
" dendam kenapa pada apa ?"
" ya padamu ?"
" kenapa dendam padaku ?"
" karena kamu telah mencelakakan muridku?"
" siapa ?"
" para dukun santet"
" ooo pasti mereka menyerangku sehingga jadi begitu"
" tapi kamu telah mencelakakannya."
" ya aku tak pernah memusuhi siapapun, jika mereka menyerangku, sebenarnya aku juga diam saja, tapi Allah kan tidak diam, tak pernah tidur."
" siapa Allah ?"
" memangnya kamu tak kenal Allah tuhan sekalian alam, apa yang kamu sembah ?"
" aku menyembah tuhan yesus."
" tuhan yesus yang mana ?"
" tuhan yesus ya tuhan yesus."
" yang di salib itu ?
" ya"
lalu ku seret yang ada di salib ke taruh di depannya.
" ini yang kamu maksud tuhan yesus ?"
dia membuka matanya melihat ke arah yg ku tunjuk.
"tidak."
" tidak bagaimana ?"
" kenapa hitam jelek seperti itu ?"
" ya memang kenyataannya seperti itu, kamu tanya saja."
lalu dia berdialog dengan jin fasik yang dia anggap tuhan itu.
" ah kenapa tetap tetap saja aku menyembah iblis."
" ya kenyataannya begitu.."
" suruh saja dia pergi."
" kamu mau di tusuk sepertiku ini ?"
" tdk mau.."
" lalu kenapa kalau tak mau, kamu menusukku ?"
" terserah aku, itu keris-kerisku sendiri."
" kamu tau siapa yang kamu hadapi ?"
" tidak."
" coba buka matamu, lihat aku.."
dia mencoba membuka matanya tapi tak jadi.
" silau."
" biar ku bantu buka matamu..." ku jentikkan jari dan matanya tak bisa tak terbuka.
" aduuuh. mataku terbakar." jeritnya.
" melihatku saja kamu tak mampu, bagaimana kamu berani menyerangku>"
" karena muridku kamu celakakan....dan istrinya pada datang padaku meminta bantuan."
" oo begitu... yang kamu pakai nusuk aku itu keris, keris siapa?"
" ya kerisku, warisan leluhurku."
" heheheh itu warisan leluhurmu, menurutmu kerismu itu lebih taat pada siapa? padamu atau padaku ?"
" ya jelas padaku."
" coba... keris yang di pakai menusukku, kamu ku perintahkan tusuk orang ini."
" aduuuh.... kenapa dia menusuk diriku sendiri, danmenancap. aduh bagaimana ini.."
" nah itu kan kerismu sendiri, seharusnya lebih taat padamu, kenapa menusukmu, coba kalau dia taat padamu, coba kerismu itu cabut dari dadamu, bisa gak?"
dia berusaha mencabut keris yang menancap di dada kirinya tapi tak bisa.
dan tangan kirinya mulai kejang karena racun yang mulai menjalar. berulang kali dia berusaha mencabut keris yang menancap, tapi tetap tak bisa.
" coba keluarkan semua kesaktianmu, dan cabut kerismu itu kalau bisa."
tetap saja dia tak bisa.
" nah bagaimana taatan dia padamu atau padaku ?"
" ya ya... tapi ini tolong saya, tanganku sudah kejang ini"
" itu sama dengan yang ku rasakan, makanya jangan menusuk orang lain, di coba dulu kamu tusuk diri sendiri, kalau enak bisa kamu tusuk orang lain. ada berapa orang yang pernah kamu bunuh ?"
" sudah tak terhitung.."
" kalau begitu semua ilmumu ku lucuti."
" jangan... ini tolong saya, kerisnya di cabut."
" itu kerismu sendiri, bagaimana kamu tak perintahkan saja dia keluar dari tubuhmu, taubat nanti keris itu akan lepas sendiri."
" sebenarnya kamu itu siapa ?"
" aku? aku orang biasa, aku hanya anak muda saja..yang tak punya apa-apa..."
" tapi kenapa bisa memerintahkan kerisku ?"
" aku juga tak tau kerismu kok mau ku perintah."
" aaah... ini tolong di lepaskan, aku kesakitan."
" itu kan kerismu sendiri...kenapa minta aku yang melepaskan, kamu sebenarnya orang mana ?"
" saya orang kalimantan."
" ya sudah ku kembalikan ke asalmu."

Label: , ,

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda