Minggu, 18 Januari 2015

kisah gaib Kyai Nur Jadi gelandangan

“Allah jualah yang menyempit dan yang meluaskan (pemberian rezeki) dan kepadaNyalah kamu semua dikembalikan” (Surah al-Baqarah, ayat 245).

“……dan tiada satu pun makhluk bergerak di bumi melainkan dijamin Allah rezekinya” (Surah Hud, ayat 6).

“Dan memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang (dikehendaki)Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu. ” (QS. Ath Thalaaq[65]:3)

“Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayat-Nya bertambahlah iman mereka (karenanya), dan hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakkal.” (QS. Al Anfaal[8]

pada tahun sekitar 1989, saat itu umur saya 15 tahun, ada tarikan dari diri saya untuk meninggalkan dunia ini, sekolah saya tinggalkan, saat itu saya di pesantren, karena sejak keluar SD saya di masukkan pesantren, dan saya baru kelas 6 di ibtida'iyah pesantren, saya tinggalkan bangku sekolah dan saya tinggalkan pesantren, dan hidup menggelandang, menjadi orang gila, melepas keegoan saya, melepas saya ingin di hormati, saya muak dengan prilaku pesantren yang di dalamnya ada cenderung persaingan, bahkan sabun atau baju bagus juga persaingan, saya memilih meninggalkannya, menurut saya itu tak bagus untuk mendidik saya menjadi jiwa yang mandiri, karena masih mengharapkan kiriman orang tua, dengan jalan sendiri tanpa bekal saya jalan kemana saja tanpa arah yang pasti, saya hanya ingin bertawakal pada Allah, tarikan untuk meninggalkan kesenangan dunia begitu kuat, dan saya tak kuat menahannya untuk menghindari tarikan itu.

sejak saat itu saya menjadi orang gila, yang tidur di emperan toko, di pasar, di terminal, di setasiun, di kuburan, jelas saat itu saya masih kecil, dan kurus kering, tapi tekad di dada saya begitu kuat, sehingga saya tetapkan berserah diri pada Allah.

kadang saya setahun sadar, lalu pulang, di rumah tak sampai 1 minggu lantas pergi lagi, jelas ayah ibu saya menangis karena melihat keadaan saya seperti itu, hitam legam, kusut, kotor, dekil, tak terurus, dan mereka selalu menangisi, nanti saya akan jadi apa kalau seperti itu, umumnya anak remaja itu mengejar prestasi, seklah yang benar, belajar yang benar, sementara saya malah meninggalkan semua, anak yang tak punya masa depan.

ya begitulah keadaan lahiriyah saya, tanpa sepengatuhan siapa saja, para auliya mengajar saya di mana saya berada, ada 9 malaikat yang selalu saya ajak dialog, dan ada 17 malaikat yang menjaga saya mengelilingi, dan saya tak pernah sekalipun kelaparan, selalu dalam tanggungan Allah, saat itu tiap hari dapat uang saku 20 ribu, makan 2x, dan rokok gudang garam 16 1 bungkus, itu yang saya alami selama menjalani laku tawakal, soal bagaimana caranya Allah memberikan tanggungan itu jelas tiap hari selalu beda ceritanya, kalau di ceritakan akan setahun saya mengetik juga tak akan selesai kisahnya, karena banyak beragamnya.

yang jelas orang yang takut kelaparan itu sangat lucu, bagi saya kalau Allah menanggung maka tak ada namanya kekurangan, karena Allah itu maha kaya, orang kelaparan, kekurangan, kesempitan, karena menanggungkan segala sesuatu pada selain Allah, bukan bertawakal pada Allah, malah bertawakal pada selain Allah.

dan jika kamu mengatakan SAYA BERTAWAKAL , setiap pengakuan itu harus di uji, ujilah dirimu tinggalkan semuanya, dan bertawakal pada Allah, kalau kamu tak berani, itu menunjukkan kamu belum menjadi orang yang bertawakal pada Allah, tapi masih bertawakal pada benda, uang, pangkat, keluarga, saudara, dll
9 jam · Teman

Label: , , ,

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda