kisah Syaikh Abdul Qodir Ketika Anaknya meninggal
Pada
suatu hari, isteri-isteri Syekh Abdul Qodir Al-Jaelani bertemu
dengannya dan berkata, “Wahai suami kami yang terhormat, anak lelaki
kecil kita telah meninggal dunia. Namun kami tidak melihat setitik air
mata pun yang mengalir dari mata kekanda dan tidak pula kekanda
menunjukkan tanda kesedihan. Tidakkah kekanda menyimpan rasa belas
kasihan terhadap anak lelaki kita, yang merupakan sebagian darah daging
kekanda sendiri? Kami semua sedang dirundung kesedihan, namun kekanda
masih juga meneruskan pekerjaan biasa kekanda, seolah-olah tiada sesuatu
pun yang telah berlaku. Kekanda adalah pemimpin dan pelindung kami di
dunia dan di akhirat. Tetapi jika hati kekanda telah menjadi keras
sehingga tiada lagi menyimpan rasa belas kasihan, bagaimana kami dapat
bergantung kepada kekanda di Hari Pembalasan kelak?”
Maka berkatalah Syekh Abdul Qodir Al-Jaelani “Wahai isteri-isteriku
yang tercinta! Janganlah kamu semua menyangka hatiku ini keras. Aku
menyimpan rasa belas kasihan di hatiku terhadap seluruh makhluk, sampai
terhadap orang-orang kafir dan juga terhadap anjing-anjing yang
menggigitku. Aku berdo’a kepada Allah SWt agar anjing-anjing itu
berhenti menggigit, bukan karena aku takut digigit, tetapi aku takut
nanti manusia lain akan melontar anjing-anjing itu dengan batu. Tidakkah
kamu mengetahui bahwa aku mewarisi sifat belas kasihan Rasulullah Saw,
yang telah diutus Allah Swt sebagai rahmat untuk sekelian alam?”
Maka wanita-wanita itu telah berkata pula, “Kalau benar kekanda mempunyai rasa belas kasihan terhadap seluruh makhluk Allah Swt, sampai kepada anjing-anjing yang menggigit kekanda, kenapa kekanda tidak menunjukkan rasa sedih atas kehilangan anak lelaki kita yang telah meninggal ini?”
Syekh Abdul Qodir Al-Jaelani pun menjawab, “Wahai isteri-isteriku
yang sedang berdukacita, kamu semua menangis karena kamu semua merasa
telah berpisah daripada anak lelaki kita yang kamu semua sayangi. Tetapi
aku sentiasa bersama dengan orang-orang yang aku sayangi. Kamu semua
telah melihat anak lelaki kita di dalam satu ilusi yang disebut dunia.
Kini, dia telah meninggalkannya lalu berpindah ke satu tempat yang lain.
Allah Swt telah berfirman (Surat Al-Adid, ayat 20) “dan tidaklah kehidupan dunia ini melainkan hanyalah satu ilusi saja.”
Memang dunia ini adalah satu ilusi, untuk mereka yang sedang terlena. Tetapi aku tidak terlena – aku melihat dan waspada. Aku telah melihat anak lelaki kita sedang berada di dalam bulatan masa, dan kini dia telah keluar darinya. Namun aku masih dapat melihatnya. Dia kini berada di sisiku. Dia sedang bermain-main di sekelilingku, sebagaimana yang pernah dia lakukan pada masa dahulu. Sesungguhnya, jika seseorang itu dapat melihat Kebenaran melalui mata hatinya, sama dengan yang dilihatnya masih hidup ataupun sudah mati, maka Kebenaran itu tetap tidak akan hilang.”
Maka berkatalah Syekh Abdul Qodir Al-Jaelani “Wahai isteri-isteriku
Maka wanita-wanita itu telah berkata pula, “Kalau benar kekanda mempunyai rasa belas kasihan terhadap seluruh makhluk Allah Swt, sampai kepada anjing-anjing yang menggigit kekanda, kenapa kekanda tidak menunjukkan rasa sedih atas kehilangan anak lelaki kita yang telah meninggal ini?”
Syekh Abdul Qodir Al-Jaelani pun menjawab, “Wahai isteri-isteriku
Allah Swt telah berfirman (Surat Al-Adid, ayat 20) “dan tidaklah kehidupan dunia ini melainkan hanyalah satu ilusi saja.”
Memang dunia ini adalah satu ilusi, untuk mereka yang sedang terlena. Tetapi aku tidak terlena – aku melihat dan waspada. Aku telah melihat anak lelaki kita sedang berada di dalam bulatan masa, dan kini dia telah keluar darinya. Namun aku masih dapat melihatnya. Dia kini berada di sisiku. Dia sedang bermain-main di sekelilingku, sebagaimana yang pernah dia lakukan pada masa dahulu. Sesungguhnya, jika seseorang itu dapat melihat Kebenaran melalui mata hatinya, sama dengan yang dilihatnya masih hidup ataupun sudah mati, maka Kebenaran itu tetap tidak akan hilang.”
Label: kisah Syaikh Abdul Qodir, kisah wali
0 Komentar:
Posting Komentar
Berlangganan Posting Komentar [Atom]
<< Beranda