maqom kedudukan
Mahkota Ruhani
Orang
yang mengembara pada jalan kerohanian menuju Allah s.w.t melalui empat
suasana: suasana itu akan dengan sendirinya meliputi gerak, laku,
pendapat, bicara, tulian dan apa saja yang keluar dari diri manusia itu,
suasana itu juga menunjukkan kedudukan manusia saat itu di sisi Allah,
dan kedudukan Allah menempatkan hamba itu ada di mana, makanya ALLAH
ITU TERGANTUNG PADA PRASANGKA HAMBA, jadi maksudnya seseorang itu di
beri kedudukan oleh Allah itu bisa di lihat dari prasangka, prasangka
itu lahir dari kejadian yang melingkupi hamba dan apa saja yang keluar
dari hamba, seperti seorang itu bisa di lihat apa kedudukannya dari
pakaian yang di kenakan, tempat di mana dia mengantor, dan dengan
pakaian apa dia memakai, dan dengan apa saja yang keluar dari mulutnya,
kalau yang di bicarakan adalah mobil, penjualan, nongkrongnya sering di
tempat penjualan mobil maka dia itu sales mobil, kalau nongkorngnya di
warung nasi, kalau ada yang datang ke warung selalu di layani, maka dia
itu pelayan warung, kok pakaiannya putih, selalu di rumah sakit, kesana
sini bawa alat suntik, berarti dia dokter, jadi orang itu bisa di
lihat dari prasangka hamba, prasangka itu terjadi dari melihat
keberadaan gerak dan laku, serta ucapan dan apa yang keluar dari orang
itu. dari situ akan ketahuan kedudukan orang itu i sisi Allah apa;
1: Suasana nafsu ammarah atau sifat-sifat kebinatangan yang tidak menghiraukan batasan hukum dan suka memperturutkan hawa nafsunya. Inilah suasana ahli dunia.
2: Suasana mengurung hawa nafsu dalam kandang hukum. Perkara haram dijauhkan dan banyak daripada perkara halal ditinggalkan kerana takut terjerumus ke dalam yang haram, juga supaya nafsu kebinatangan tidak kembali segar. Inilah suasana ahli akhirat yang kuat berpegang kepada syariat.
3: Suasana nafsu kebinatangan sudah dikalahkan dan hati mengalami alam kebatinan atau hakikat. Pancaran nur iman dan tauhid menerangi hati, membawa hati memperolehi isyarat-isyarat ketuhanan atau ilmu Rabbani. Inilah suasana kewalian.
4: Suasana kehendak, maksud diri dan kesedaran diri terhapus dan dia masuk ke dalam keredaan dan kurniaan Allah s.w.t. Dia tidak lagi menggunakan apa yang mendatangkan manfaat kepadanya dan tidak menghindarkan apa yang mendatangkan mudarat kepadanya. Dia hanya bergantung dan menyerah kepada Allah s.w.t tanpa berkehendakkan apa-apa. Dia tidak lagi meminta pertukaran makam, tidak berhajat kepada apa-apa dan tidak memilih sesuatu untuk dirinya. Dia menerima takdir Allah s.w.t dengan ridho. Inilah suasana aulia pilihan Allah s.w.t.
1: Suasana nafsu ammarah atau sifat-sifat kebinatangan yang tidak menghiraukan batasan hukum dan suka memperturutkan hawa nafsunya. Inilah suasana ahli dunia.
2: Suasana mengurung hawa nafsu dalam kandang hukum. Perkara haram dijauhkan dan banyak daripada perkara halal ditinggalkan kerana takut terjerumus ke dalam yang haram, juga supaya nafsu kebinatangan tidak kembali segar. Inilah suasana ahli akhirat yang kuat berpegang kepada syariat.
3: Suasana nafsu kebinatangan sudah dikalahkan dan hati mengalami alam kebatinan atau hakikat. Pancaran nur iman dan tauhid menerangi hati, membawa hati memperolehi isyarat-isyarat
4: Suasana kehendak, maksud diri dan kesedaran diri terhapus dan dia masuk ke dalam keredaan dan kurniaan Allah s.w.t. Dia tidak lagi menggunakan apa yang mendatangkan manfaat kepadanya dan tidak menghindarkan apa yang mendatangkan mudarat kepadanya. Dia hanya bergantung dan menyerah kepada Allah s.w.t tanpa berkehendakkan apa-apa. Dia tidak lagi meminta pertukaran makam, tidak berhajat kepada apa-apa dan tidak memilih sesuatu untuk dirinya. Dia menerima takdir Allah s.w.t dengan ridho. Inilah suasana aulia pilihan Allah s.w.t.
Label: maqom kedudukan ruhani
0 Komentar:
Posting Komentar
Berlangganan Posting Komentar [Atom]
<< Beranda