Minggu, 30 November 2014

maqom kedudukan

Mahkota Ruhani

Orang yang mengembara pada jalan kerohanian menuju Allah s.w.t melalui empat suasana: suasana itu akan dengan sendirinya meliputi gerak, laku, pendapat, bicara, tulian dan apa saja yang keluar dari diri manusia itu, suasana itu juga menunjukkan kedudukan manusia saat itu di sisi Allah, dan kedudukan Allah menempatkan hamba itu ada di mana, makanya ALLAH ITU TERGANTUNG PADA PRASANGKA HAMBA, jadi maksudnya seseorang itu di beri kedudukan oleh Allah itu bisa di lihat dari prasangka, prasangka itu lahir dari kejadian yang melingkupi hamba dan apa saja yang keluar dari hamba, seperti seorang itu bisa di lihat apa kedudukannya dari pakaian yang di kenakan, tempat di mana dia mengantor, dan dengan pakaian apa dia memakai, dan dengan apa saja yang keluar dari mulutnya, kalau yang di bicarakan adalah mobil, penjualan, nongkrongnya sering di tempat penjualan mobil maka dia itu sales mobil, kalau nongkorngnya di warung nasi, kalau ada yang datang ke warung selalu di layani, maka dia itu pelayan warung, kok pakaiannya putih, selalu di rumah sakit, kesana sini bawa alat suntik, berarti dia dokter, jadi orang itu bisa di lihat dari prasangka hamba, prasangka itu terjadi dari melihat keberadaan gerak dan laku, serta ucapan dan apa yang keluar dari orang itu. dari situ akan ketahuan kedudukan orang itu i sisi Allah apa;

1: Suasana nafsu ammarah atau sifat-sifat kebinatangan yang tidak menghiraukan batasan hukum dan suka memperturutkan hawa nafsunya. Inilah suasana ahli dunia.
2: Suasana mengurung hawa nafsu dalam kandang hukum. Perkara haram dijauhkan dan banyak daripada perkara halal ditinggalkan kerana takut terjerumus ke dalam yang haram, juga supaya nafsu kebinatangan tidak kembali segar. Inilah suasana ahli akhirat yang kuat berpegang kepada syariat.
3: Suasana nafsu kebinatangan sudah dikalahkan dan hati mengalami alam kebatinan atau hakikat. Pancaran nur iman dan tauhid menerangi hati, membawa hati memperolehi isyarat-isyarat ketuhanan atau ilmu Rabbani. Inilah suasana kewalian.
4: Suasana kehendak, maksud diri dan kesedaran diri terhapus dan dia masuk ke dalam keredaan dan kurniaan Allah s.w.t. Dia tidak lagi menggunakan apa yang mendatangkan manfaat kepadanya dan tidak menghindarkan apa yang mendatangkan mudarat kepadanya. Dia hanya bergantung dan menyerah kepada Allah s.w.t tanpa berkehendakkan apa-apa. Dia tidak lagi meminta pertukaran makam, tidak berhajat kepada apa-apa dan tidak memilih sesuatu untuk dirinya. Dia menerima takdir Allah s.w.t dengan ridho. Inilah suasana aulia pilihan Allah s.w.t.

Label:

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda