trik rahasiamenuntut imu dengan cepat
Mahkota Ruhani menambahkan 2 foto baru.
KHIDMAH atau beramal untuk suatu majlis, atau yang lain.
sedikit cerita
ini bukan cerita kebanggaan tapi certa takhadus binnikmah, cerita soal kenikmatan yang di berikan Allah, karena perbuatan kita.
dulu, mngkin tahun 1994, saya mondok di daerah demak, saya mondok itu kebanyakan tdk pernah membebani orang tua, jadi kalau di pondok kalau bisa saya kerja dan kalau bisa malah lebih hasilnya bukan untuk saya sendiri, karena dalam prinsip saya, orang mencari ilmu itu kalau mengandalkan otak dan kekuatan sendiri maka sediikiiit sekali yang di peroleh, bisa jadi di pondok itu waktu banyak yang di habiskan tapi sedikit yang di dapat, saya itu berprinsip, dalam pikiran saya dr bisik2 malaikat, kalau mondok itu daripada belajar jerkungkung ngaji, mending kamu kerja, untuk pondokmu, dan menanam modal, sebenarnya teorinya tak beda seperti SIAPA YANG MEBERI MAKAN ORANG PUASA AKAN MENDAPATKAN PAHALA ORANG YANG PUASA ITU TAK MENGURANGI PAHALANYA ORANG YANG PUASA.
nah siapa yang membangun sebuah majlis ilmu, maka akan mendapatkan pahala majlis itu tak mengurangi pahalanya orang yang ngaji di majlis ilmu itu, itu bisikan malaikat padaku saat itu seperti itu, maka saat itu saya kerja, kerja yang saya buat sendiri, yaitu membuat kaligrafi di kaca, dan saya jual, alhamdulillah laku keras, saat itu sehari saya bisanya buat dua, sampai 4, dan banyak orang dari banyak tempat datang memesan kaligrafi saya bahkan ada jamaah islam dari belanda, untuk di pasang di majlis dan rumah jamaah mereka, praktis saat itu uang mengalir deras padaku, tapi uang itu sama sekali tak ku ambil, langsung ku belikan material untuk penmbangunan pondok, di pondok yang penting aku makan dan ngerokok, sampai saya dai hasil uang itu sampai terbangun pondok tingkat dan mushola yang besar, alhamdulillah pondok dan mushola itu masih berdiri.
lalu sejak tahun 2000 saya berguru pada guruku di banten, bgt juga di banten, namanya santri lain juga tak ada yang berprisip sepertiku maka yang melakukan juga aku sendirian, di banten jg bgt, saya membangun mushola dan majlis, cuma di sana ada di danai oleh orang ang akhirnya jadi kakak iparku, bukan sampai di situ, kalau di banten itu mondok tiada bekal, dan kyai untuk melatih santri yidak menjamin makan santri maka saya kadang 2 minggu keluar untuk mencari pekerjaan di serang atau pandeglang, saat itu saya bekerja menulis kaligrafi, dan melukis rumah, alhamdulillah panggilan tak pernah berhenti, biasanya keluar kerja, lalu mendapat gaji, kembali ke pondok, dan saya belikan bahan makan dapur, untk makan bersama santri, dan perlu di ketahui, orang kalau dzikir itu biasanya akan timbul sifat malasnya, saat itu di banten jg bgt, santri itu ndak siang ndak malam banyakan tidur, di sana itu masaknya pakai kayu bakar, dan kayu bakar itu harus mencari ke hutan, jadi saya belanja keperluan dapur sendiri, lalu mencari kayu ke hutan sendiri, lalu masak sendiri, nanti bangunkan santri untuk di ajak makan, hal itu berjalan sampai jangka yang lama, tapi saya yakin apa yang saya lakukan itu lagi nanam, dan nanti panennya saat kita sudah kembali kerumah, santri yang tak tau prinsip yang ku pegang jelas membiarkan aku melakukan dan mereka sama sekali tak mau bantu, tapi aku melihat itu juga tak mengeluh, karena saya membayangkan panen yang akan ku petik nanti.
nah orang yang melihatku sekarang, aku ini orang yng benar apa salah dengan keyakinan yang ku pegang atau tidak, aku ini orang yang memanen keyakinannya yang kukuhi apa tidak, bisa di lihat sekarang.
tak sampai di situ, akhirnya kyaiku memberi kepercayaan padaku untuk mengurusi jamaah, dan ketika mengurusi jamaah, santri yang lan juga tak urus dengan apa yang ku lakukan, jadi saya itu beli sesuatu yang untuk di masak sendiri, lalu memasak sendiri, dan menyediakan untuk jamaah sendiri, nanti siang masak, malam harus memimpin jamaah itu zikir, itu kalau di banten, dan santri juga hanya melihat saja, malah sifat anak kolokannya juga kadang muncul, menanyakan masakan sudah matang apa belum, kalau belum matang, marah-marah, kok lama amat matangnya. itu ujian, kita itu tersinggung apa tidak di uji seperti itu? kalau tak tersinggung berarti sudah ikhlas. dan Allah akan mencatat amal itu sebagai amal yang bisa di panen tanpa terkena penyakit.
jadi yang akan ku ajarkan di sini, orang itu kalau ingin memanen amaliyah yang tak habis yaitu harus ikhlas membangun pesantren yang di pakai ngaji atau majlis yang di pakai ngaji, selama majlis itu di pakai ngaji maka akan mengalir pahala, pahala yang mengalir itu setelah sudah penuh di akherat maka akan luber luber ke dunia dan kita panen di dunia, jika sudah panen pertama kali mka seterusnya kita akan panen, kalau belum pane ya berarti belum luber di akherat sana, harus di tambah dan di tambah sampai panen pertama kali.
sedang untuk orang yang ngaji, kuncinya itu membangun majlis nanti nya majlis itu di pakai maka akan terus mengalir ilmu, dan terus mengalir ilmu, ilmu itu di namakan berkah ilmu, di rasakannya setelah pulang ke rumahnya masing2, itu namanya ilmu berkah berlimpah, jadi menanam itu tinggal apa yang kita tanam, kalau kita lagi belajar maka yang kita tanama berarti ilmu, ketika kita ikut membangun majlis, maka nantinya yang di panen itu ilmu, dan ketika yang di tanam itu berupa amal jariah harta, nanti akalu di rumah atau nanti panennya juga harta yang tak ada habisnya, nah itu pengalaman saya, semoga bisa di ambil hikmahnya untuk saya pribadi dan kepada siapa saja yang membaca.
amal seperti itu di namakan khidmah, membantu beramal untuk pesantren, atau kyai, atau majlis.
sedikit cerita
ini bukan cerita kebanggaan tapi certa takhadus binnikmah, cerita soal kenikmatan yang di berikan Allah, karena perbuatan kita.
dulu, mngkin tahun 1994, saya mondok di daerah demak, saya mondok itu kebanyakan tdk pernah membebani orang tua, jadi kalau di pondok kalau bisa saya kerja dan kalau bisa malah lebih hasilnya bukan untuk saya sendiri, karena dalam prinsip saya, orang mencari ilmu itu kalau mengandalkan otak dan kekuatan sendiri maka sediikiiit sekali yang di peroleh, bisa jadi di pondok itu waktu banyak yang di habiskan tapi sedikit yang di dapat, saya itu berprinsip, dalam pikiran saya dr bisik2 malaikat, kalau mondok itu daripada belajar jerkungkung ngaji, mending kamu kerja, untuk pondokmu, dan menanam modal, sebenarnya teorinya tak beda seperti SIAPA YANG MEBERI MAKAN ORANG PUASA AKAN MENDAPATKAN PAHALA ORANG YANG PUASA ITU TAK MENGURANGI PAHALANYA ORANG YANG PUASA.
nah siapa yang membangun sebuah majlis ilmu, maka akan mendapatkan pahala majlis itu tak mengurangi pahalanya orang yang ngaji di majlis ilmu itu, itu bisikan malaikat padaku saat itu seperti itu, maka saat itu saya kerja, kerja yang saya buat sendiri, yaitu membuat kaligrafi di kaca, dan saya jual, alhamdulillah laku keras, saat itu sehari saya bisanya buat dua, sampai 4, dan banyak orang dari banyak tempat datang memesan kaligrafi saya bahkan ada jamaah islam dari belanda, untuk di pasang di majlis dan rumah jamaah mereka, praktis saat itu uang mengalir deras padaku, tapi uang itu sama sekali tak ku ambil, langsung ku belikan material untuk penmbangunan pondok, di pondok yang penting aku makan dan ngerokok, sampai saya dai hasil uang itu sampai terbangun pondok tingkat dan mushola yang besar, alhamdulillah pondok dan mushola itu masih berdiri.
lalu sejak tahun 2000 saya berguru pada guruku di banten, bgt juga di banten, namanya santri lain juga tak ada yang berprisip sepertiku maka yang melakukan juga aku sendirian, di banten jg bgt, saya membangun mushola dan majlis, cuma di sana ada di danai oleh orang ang akhirnya jadi kakak iparku, bukan sampai di situ, kalau di banten itu mondok tiada bekal, dan kyai untuk melatih santri yidak menjamin makan santri maka saya kadang 2 minggu keluar untuk mencari pekerjaan di serang atau pandeglang, saat itu saya bekerja menulis kaligrafi, dan melukis rumah, alhamdulillah panggilan tak pernah berhenti, biasanya keluar kerja, lalu mendapat gaji, kembali ke pondok, dan saya belikan bahan makan dapur, untk makan bersama santri, dan perlu di ketahui, orang kalau dzikir itu biasanya akan timbul sifat malasnya, saat itu di banten jg bgt, santri itu ndak siang ndak malam banyakan tidur, di sana itu masaknya pakai kayu bakar, dan kayu bakar itu harus mencari ke hutan, jadi saya belanja keperluan dapur sendiri, lalu mencari kayu ke hutan sendiri, lalu masak sendiri, nanti bangunkan santri untuk di ajak makan, hal itu berjalan sampai jangka yang lama, tapi saya yakin apa yang saya lakukan itu lagi nanam, dan nanti panennya saat kita sudah kembali kerumah, santri yang tak tau prinsip yang ku pegang jelas membiarkan aku melakukan dan mereka sama sekali tak mau bantu, tapi aku melihat itu juga tak mengeluh, karena saya membayangkan panen yang akan ku petik nanti.
nah orang yang melihatku sekarang, aku ini orang yng benar apa salah dengan keyakinan yang ku pegang atau tidak, aku ini orang yang memanen keyakinannya yang kukuhi apa tidak, bisa di lihat sekarang.
tak sampai di situ, akhirnya kyaiku memberi kepercayaan padaku untuk mengurusi jamaah, dan ketika mengurusi jamaah, santri yang lan juga tak urus dengan apa yang ku lakukan, jadi saya itu beli sesuatu yang untuk di masak sendiri, lalu memasak sendiri, dan menyediakan untuk jamaah sendiri, nanti siang masak, malam harus memimpin jamaah itu zikir, itu kalau di banten, dan santri juga hanya melihat saja, malah sifat anak kolokannya juga kadang muncul, menanyakan masakan sudah matang apa belum, kalau belum matang, marah-marah, kok lama amat matangnya. itu ujian, kita itu tersinggung apa tidak di uji seperti itu? kalau tak tersinggung berarti sudah ikhlas. dan Allah akan mencatat amal itu sebagai amal yang bisa di panen tanpa terkena penyakit.
jadi yang akan ku ajarkan di sini, orang itu kalau ingin memanen amaliyah yang tak habis yaitu harus ikhlas membangun pesantren yang di pakai ngaji atau majlis yang di pakai ngaji, selama majlis itu di pakai ngaji maka akan mengalir pahala, pahala yang mengalir itu setelah sudah penuh di akherat maka akan luber luber ke dunia dan kita panen di dunia, jika sudah panen pertama kali mka seterusnya kita akan panen, kalau belum pane ya berarti belum luber di akherat sana, harus di tambah dan di tambah sampai panen pertama kali.
sedang untuk orang yang ngaji, kuncinya itu membangun majlis nanti nya majlis itu di pakai maka akan terus mengalir ilmu, dan terus mengalir ilmu, ilmu itu di namakan berkah ilmu, di rasakannya setelah pulang ke rumahnya masing2, itu namanya ilmu berkah berlimpah, jadi menanam itu tinggal apa yang kita tanam, kalau kita lagi belajar maka yang kita tanama berarti ilmu, ketika kita ikut membangun majlis, maka nantinya yang di panen itu ilmu, dan ketika yang di tanam itu berupa amal jariah harta, nanti akalu di rumah atau nanti panennya juga harta yang tak ada habisnya, nah itu pengalaman saya, semoga bisa di ambil hikmahnya untuk saya pribadi dan kepada siapa saja yang membaca.
amal seperti itu di namakan khidmah, membantu beramal untuk pesantren, atau kyai, atau majlis.
Label: ngawulo, pengorbanan, rahasia nyantri
0 Komentar:
Posting Komentar
Berlangganan Posting Komentar [Atom]
<< Beranda